Minggu, 13 Februari 2011

Penyakit yang tidak Pernah Mati

Fenomena munculnya penyakit menular baru saat ini tidak dapat dihindari, meskipun teknologi kesehatan telah maju pesat. Saat ini, penyakit menular tetap menjadi salah satu penyebab kematian yang paling tinggi di dunia. Penyebabnya adalah karena 3 hal ini: (1) munculnya penyakit menular baru (emerging disease) (2) Munculnya penyakit menular lama (re-emerging disease), dan (3) menetapnya penyakit yang tidak dapat terselesaikan.



Emerging disease merupakan kemunculan suatu penyakit menular baru yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular yang sudah diketahui sebelumnya yang insidensinya meningkat dalam 2 tahun terakhir. Umumnya, emerging disease pada saat pertama kali muncul bersifat ganas dan berpotensi untuk menimbulkan kematian. Contoh dari emerging virus ini adalah myxoma virus (rabbitpox) dan influenza dan corona virus yang terus mengalami kemunculan untuk tipe tipe baru. Munculnya kembali penyakit yang pernah mengalami penuruan signifikan dalam insidensinya (re-emerging disease) juga menjadi masalah tersendiri. Penyakit menular seperti tuberculosis, cholera, dan malaria dapat diobati dan insidensinya menurun, tetapi obat-obat tersebut mengalami resistansi sehingga insidensinya kembali naik. Meningkatknya migrasi dan perjalanan internasional dituding menjadi salah satu penyebab penyebaran penyakit menular tersebut.

Kemunculan emerging dan re-emerging disease tidak lepas dari pengaruh perubahan pola demografi manusia, perilaku, penggunaan lahan, dan lain-lain. Selain itu, paparan hewan dan pembawa penyakit anthropoda turut membantu penyakit menular ini lebih dekat pada orang yang terpapar lebih sering dengan pathogen (pembawa penyakit). Adanya evolusi virus juga berpengaruh terhadap kemunculan penyakit menular baru, seperti yang terjadi pada virus influenza. Virus selalu mengalami mutasi genetik yang biasanya bersifat permanen yang meliputi mutasi pada taraf urutan gen (mutasi titik) maupun pada taraf kromoson. Rekombinasi terjadi apabila terjadi pemutusan rantai genetika (biasanya pada DNA virus, namun bisa juga RNA) yang kemudian diikuti oleh penggabungan oleh rantai DNA lainnya. Evolusi lain yang mungkin terjadi adalah terjadinya reassortment yang melibatkan pencampuran material genetik menjadi kombinasi baru pada individu yang berbeda.

    

Berikut ini adalah contoh pathogen yang baru (emerging pathogen) dikenal dalam 2 dekade terakhir ini:
Acanthamebiasis
Australian bat lyssavirus
Babesia, atypical
Bartonella henselae
Ehrlichiosis
Encephalitozoon cuniculi
Encephalitozoon hellem
Enterocytozoon bieneusi
Helicobacter pylori
Hendra or equine morbilli virus
Hepatitis C
Hepatitis E
Human herpesvirus 8
Human herpesvirus 6
Lyme borreliosis
Parvovirus B19

Sedangkan untuk re-emerging pathogen antara lain:
Enterovirus 71
Clostridium difficile
Mumps virus
Streptococcus, Group A
Staphylococcus aureus

Adanya emerging dan re-emerging disease selalu diikuti oleh kekhawatiran akan berkembangnya penyakit-penyakit menular tersebut menjadi suatu epidemik. Epidemik adalah suatu keadaan dimana kasus yang terjadidi masyarakat melebihi normal. Jika tidak segera diatasi, penyakit tersebut akan meluas dan mendunia hingga menjadi sebuah pandemik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merancang suatu program yang bernama pandemic predaresness (persiapan menghadapi pandemic). Program ini dikhususkan untuk influenza virus karena virus inilah yang paling sering mengalami mutasi. Sebanyak 120 Influenza Centar telah didirikan di hamper 90 negara di dunia untuk terus memonitor akitivitas virus influenza, mengisolasi virus tersebut, dan mendeteksi lebih awal virus-virus yang memiliki potensi untuk menjadi pandemik. WHO mengklasifikasikan level pandemik menjadi 6 tingkatan:

Phase 1: virus-virus yang ada pada hewan tidak menyebabkan infeksi pada manusia
Phase 2: virus influenza hewan yang beredar di antara hewan peliharaan atau liar diketahui telah menyebabkan infeksi pada manusia, dan karena itu dianggap sebagai ancaman pandemi yang potensial.
Phase 3: binatang atau manusia-hewan reassortant virus influenza telah menyebabkan kasus sporadis atau sekelompok kecil penyakit pada orang, tapi belum mengakibatkan penularan dari manusia ke manusia yang cukup untuk membuat suatu wabah di tingkat masyarakat. Transmisi terbatas manusia ke manusia mungkin terjadi dalam kondisi tertentu, misalnya, ketika ada dekat kontak antara orang yang terinfeksi dan pengasuh yang tidak memiliki perlindungan diri. Namun, transmisi terbatas dalam keadaan terbatas seperti itu tidak menunjukkan bahwa virus telah memperoleh tingkat penularan diantara manusia yang diperlukan untuk menimbulkan pandemi.
Phase 4: ditandai oleh terkonfirmasinya penularan dari manusia ke manusia  dari virus hewan atau influenza manusia-hewan reassortant yang memiliki kemampuan untukmenyebabkan wabah penyakit berkelanjutan dalam suatu komunitas. "Wabah di tingkat masyarakat." menandai pergeseran ke atas yang signifikan dalam risiko untukpandemi. Setiap Negara yang diduga atau telah dokonfirmasi akan adanya kondisi tersebut harus serege berkonsultasi dengan WHO agar bisa dinilai bersama dan dilakukan tindakan untuk mencegah penyebaran yang lebih lanjut.
Phase 5: dicirikan dengan adanya transimisi virus dari manusia ke manusia dalam minimal 2 negara dalam satu regional wilayah WHO. Tahap ini merupakan pertanda bahwa pendemi sudah dekat.
Phase 6: merupakan kejadian luar biasa dikomunitas yang seperti yang ada pada phase 5 tetapi ditambah dengan minimal satu Negara lain di regional wilayah WHO yang berbeda.

Selama periode paska puncak, angka kejadian telah menurun di sebagian besar Negara-negara. Namun hal ini masi belum pasti apakah akan terjadi gelombang kejadian tambahan kedua. Pada periode paska pandemi, aktivitas virus influenza telah kembali ke tingkat normal seperti influenza musiman (seasonal influenza).

WHO phase of pandemic alert for avian influenza h5n1 is 3

Persiapan menghadapi pandemi tidaklah mudah, apalagi di Negara-negara berkembang yang memiliki keterbatasan sumber daya. Namun, persiapan tersebut bisa kita mulai dari hal-hal seperti peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, meningkatkan koordinasi antara tingkat nasional dan internasional, serta peningkatan peningkatan kapasitas respon keseluruhan untuk semua ancaman bagi kesehatan masyarakat.

Referensi:
Emerging and Re-emerging Infectious Disease (National Institute of Allergy and Infectious Disease)

Emerging and Re-emerging Disease

WHO Pandemic Preparedness, Global and Alert Response

Current WHo Phase of Pandemic Alert for Avian Influenza H5N1

Lecture oleh dr Titik Nuryastuti M.Si, Ph.D tentang New Emerging Disease: Avian Influenza, Coronavirus/SARS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar